Mahasiswa KKNP 30 Umsida Pasang Biopori Di 7 Dusun Dawuhansengon Untuk Lingkungan Berkelanjutan

Pasuruan – Fajar Nusantara News, Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pencerahan (KKNP) Kelompok 30 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) telah sukses melaksanakan program pemasangan Teknologi Tepat Guna (TTG) Biopori di tujuh dusun di Desa Dawuhansengon, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan, mengurangi genangan air, serta memperbaiki kesuburan tanah.
Pemasangan biopori dilakukan di Dusun Urung-Urung, Dusun Pohtatal, Dusun Sengon, Dusun Sridomo, Dusun Jambean, Dusun Gondang Legi, dan Dusun Sawiran. Proyek TTG ini mendapat antusiasme tinggi dari warga dusun setempat yang turut serta dalam pelaksanaan serta pelatihan pengelolaan lingkungan.

Kepala Desa Dawuhansengon, Sugianto, mengapresiasi inisiatif mahasiswa dalam meningkatkan kualitas lingkungan desa. “Kami sangat berterima kasih atas upaya mahasiswa Umsida. Semoga program ini bisa menjadi contoh bagi masyarakat lain agar lebih peduli terhadap lingkungannya,” ujarnya.

Hal senada disampaikan oleh Nanang, Kepala Dusun Pohtatal, yang berharap pemasangan biopori dapat mengatasi masalah genangan air saat musim hujan. “Dulu halaman rumah kami sering tergenang air. Semoga dengan adanya biopori, masalah ini bisa teratasi,” ungkapnya.

Ketua KKNP 30 Umsida, Muhammad Faisol Fatih, menjelaskan bahwa program ini tidak hanya sebatas pemasangan biopori, tetapi juga disertai pelatihan pengelolaan sampah organik serta pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Sementara itu, Dyah Ayu Sriwulandari, Koordinator Kelompok KKNP 30 Umsida, menambahkan bahwa program ini merupakan bagian dari upaya pelestarian lingkungan. “Kami melihat bahwa masalah sampah menjadi tantangan di desa ini, sehingga kami berinisiatif memasang biopori sebagai solusi mengelola limbah organik dan meningkatkan resapan air,” jelasnya.

Biopori sendiri merupakan lubang-lubang kecil di dalam tanah yang berfungsi untuk meningkatkan penyerapan air, mengurangi risiko erosi, serta membantu proses dekomposisi sampah organik. Dalam praktiknya, biopori dibuat dengan melubangi tanah sedalam sekitar satu meter dan mengisinya dengan sampah organik yang secara alami akan meningkatkan kesuburan tanah.

Dengan adanya pemasangan biopori di tujuh dusun ini, diharapkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan akan semakin meningkat. Program ini juga menjadi langkah awal dalam menciptakan desa yang lebih hijau, sehat, dan berkelanjutan. (Satrio)