Hari Setyawan, Pelaku Promeg 98 Sebenarnya

Surabaya – Fajar Nusantara News, Peristiwa 27 Juli 1996 atau kudatuli adalah tragedi berdarah yang tidak hanya memilukan ,tetapi juga memalukan.
Kantor DPP PDI Promeg di Jl Diponegoro No 58 Jakarta diserbu dan dihancurkan oleh pendukung PDi Soerjadi yang diback up penuh oleh aparat kepolisian dan militer.
Sebenarnya luka yang yang mengoyak rasa kemanusiaan itu tidak hanya terjadi pada peristiwa kudatuli.
Beberapa bulan sebelumnya, di Surabaya terjadi pemukulan dan pengeroyokan yang dilakukan oleh sepasukan aparat Militer Angkatan Darat kepada salah seorang pendukung Megawati di Surabaya.
Nama laki-laki itu Hari Setyawan atau Hari Vietkong, Warga Surabaya yang tinggal di Kawasan Sidotopo Wetan Kecamatan Simokerto,
Saat itu Hari bersama puluhan aktivis Promeg lainnya, menghadang Soerjadi dkk di Bandara Juanda, mereka menolak kehadiran Ketua Umum PDI dukungan pemerintah yang hendak melakukan konsolidasi di Jawa Timur.
Setelah berjam- jam menghadang di bunderan Juanda, rombongan Soerjadi pun berhasil lolos dengan menggunakan kendaraan militer
Sontak pendukung Promeg pun tidak terima, dan protes kepada aparat yang ada, namun tidak ada kesepakatan..
Menjelang sore, aparat militer tersebut mulai melakukan langkah agresif dan membubarkan kerumunan pendukung Megawati.
Mereka membubarkan paksa dan mengusir menggunakan senjata tongkat kayu. Para pendukung Promeg pun berhamburan lari menyelamatkan diri.
Sial dialami Hari, ia ketinggalan dan berhasil ditangkap oleh para prajurit yang rata-rata berusia muda. Kemudian dikeroyok dan dipukuli dengan tongkat, sekujur tubuhnya memar tidak kepalang.
Dia dibawa ke salah satu markas militer disana, kemudian berhasil dibebaskan, setelah melalui negosiasi yang sangat alot
Oleh teman-temanya, antara lain Agus Hariyanto ( yang kelak menjabat Sekretaris DPC PDI Promeg Surabaya) dan Nanang Sutrisno ( yang kelak menjadi Komca Genteng) Hari dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara di Jl. Kombes M Duryat. Disana dia dirawat beberapa hari.
Selama Hari dirawat , Agus Hariyanto kerap membelikan nasi goreng atau mie goreng di Pasar Kedungsari untuk diberikan kepada Nanang Sutrisno dan Sukadi anggota Satgas yang bertugas menjaga dan mendampingi .
Setelah menjaga, beberapa malam, akhirnya Nanang kecapekan dan tertidur dilantai dibawah kasur Hari terbaring.
Ternyata Hari saat itu siuman, tersadar dari pingsan dan koma, kemudian dia mengambil air putih digelar dan minum seteguk .
Setelah melihat Nanang yang tertidur dibawahnya, Hari iseng menyiramkan sisa air ke wajah Nanang, sambil berseru ” Niat jaga, atau niat tidur ?,”
Nanang pun kaget dan terbangun, kemudian menjawab * Kamu kurang ajar Her, untung tidak aku cabut selang infus mu”.
Walaupun jengkel, Nanang tidak marah apalagi dendam pada sahabat nya itu. Dia menyadari bahwa dia mengalami sakit fisik yang luar biasa.
Keesokan harinya, rombongan DPD PDI Promeg Jawa’ Timur yang dipimpin oleh Ketua Ir Soetjipto mengunjungi Hari , dan bertanya ” Sampeyan korbannya ? ” Dan Hari pun dengan lantang ‘ Siap, saya Pahlawannya”
Dan Ir Soetjipto yang akrab disapa Pak Tjip ituu tersenyum sambil menepuk pundak Hari.
Sejak peristiwa itu, Hari kerap dijuluki Hari Juanda. Rasanya baru kemarin, Tidak terasa sudah lebih dari 25 tahun Hari berjuang bersama PDI Perjuangan.
Dia tidak pernah punya keinginan untuk menjadi pengurus partai ataupun menjadi anggota DPRD seperti temanya yang lain. Keinginan nya sederhana, hanya ingin bersama PDI Perjuangan sampai akhir hayatnya.
Kini Hari menghabiskan masa tuanya di kantor DPC sebagai penjaga keamanan yang bertugas 24 jam.
Dia selalu tersenyum ramah kepada siapapun, walau kerap dibully oleh teman- temanya. Senyummu ikhlas mengembang , walau giginya ompong ( Suyanto )