Kalau Biji Kurma Bisa Jadi Kopi… Apa Lagi yang Bisa Jadi Emas?

Jombang – Fajar Nusantara News, Sebuah inovasi luar biasa dari program Pengabdian kepada Masyarakat Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi kini menjadi perbincangan hangat di kalangan pelaku usaha dan pengamat lingkungan. Melalui sinergi antara Komunitas Mitra Sahabat Khallaz yang merupakan komunitas yg terdiri dari reseller, distributor, umkm yg menjual produk khallaz, produk herbal dan kopi, dengan tim akademisi dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo sukses mengubah limbah industri herbal menjadi produk bernilai tinggi: Kopi Kurma “COLLAZ” – salah satu kopi berbahan dasar biji kurma yang sedang digagas dapat naik daun di wilayah Jatim.
Proyek yang digagas dengan semangat Asta Cita 3 ini tidak hanya menjawab permasalahan lingkungan, tetapi juga memberi angin segar bagi 20 pelaku usaha dari komunitas Mitra Sahabat Khallaz di Peterongan, Jombang. Dengan total dampak menjangkau hingga 50 usaha di Surabaya, Bangkalan, Jember, hingga Bondowoso, inovasi ini menjadi bukti nyata bahwa sustainable business dapat menguntungkan.
Perjalanan dimulai dari persoalan klasik: penumpukan limbah biji kurma karena produksi herbal yang tinggi, ruang penyimpanan yang penuh, dan kurangnya inovasi produk. Tantangan lain termasuk persaingan harga ketat dan minimnya kesadaran lingkungan. Tim Pengabdian masyarakat, dipimpin Dr. Vera Firdaus S.Psi, MM dari Prodi Manajemen, bersama anggota Satrio Sudarso dan Indah Aprilianasari, pun mengambil langkah strategis. Mereka mengintegrasikan pelatihan Green Human Resource dan Digital Marketing untuk menciptakan solusi holistik.
Berawal dari Focus Group discussion dengan para anggota pengabdian masyarakat pada bulan Juni hingga Juli 2025 kemudian dilanjutkan dengan Tahap kegiatan pertama tentang sosialisasi dan kampanye internal green humen rosurces pada 27 Juli 2025 lalu di desa Pagotan, pada 20 Agustus 2025, mesin pengolahan limbah biji kurma tampil sebagai “raja” inovasi. Produk ini diluncurkan dengan desain kemasan estetik dan harga kompetitif, langsung dipasarkan melalui Shopee setelah pelatihan khusus tentang strategi marketing dengan fokus desain kemasan dan praktek pengenalan e commerce serta aktivasi akun penjual pada shopee di Desa Keplaksari pada 21 Agustus 2025.
Kegiatan pengabdian ini memberikan hibah berupa mesin mesin untuk pengolahan kopi COLLAZ, salah satunya adalah mesin roasting untuk pemanggangan kopi dan biji kurma. Romzi selaku ketua komunitas sahabat COLLAZ mengungkapkan “Dulu, kita pikir limbah itu akhir dari jalan. Tapi sekarang, saya ajarkan ke anggota kami: ‘Biji kurma yang dibuang, bisa jadi cahaya. Mesin ini? Ini bukan sekedar alat saja. Ini adalah kunci dari rasa percaya diri dan modal untuk memulai bisnis yang berbeda. Dari UMSIDA ke kami, bukan hanya bantuan, tapi persemayaman harapan. Saya tidak hanya melihat mesin—saya melihat masa depan. Masa depan bagi anggota kami yang sekarang punya usaha sendiri. Masa depan yang tidak terlalu berat di lambung, tapi ringan di hati.”
Vera Firdaus selaku Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Menyatakan bahwa “Kami memulai program ini dengan keyakinan bahwa limbah bukan akhir, melainkan titik awal inovasi. Melihat biji kurma yang dulu dianggap sampah kini berubah menjadi kopi premium, membuktikan kekuatan circular economy. Dukungan dari hibah DRTPM Kemenristekdikti serta semangat Sahabat Khallaz menjadikan proyek ini bukan sekadar kegiatan akademik, melainkan gerakan sosial-ekonomi untuk tumbuh berkembang. Kegiatan ini diharapkan memberikan awareness bahwa limbah dapat juga menjadi peluang bisnis, apalagi biji limbah kurma yang sejatinya limbah industri herbal ini memiliki kandungan yang sangat bermanfaat bagi lambung. Pengabdian masyarakat ini merupakan bentuk support UMSIDA terhadap mitra yaitu Komunitas Sahabat Khallaz, yang memiliki concern terhadap pemberdayaan perempuan dan kesadaran bersama akan Green human resource.”
Peserta pelatihan, Abdul Kadir dari Peterongan, mengungkapkan kekagumannya: “Awalnya kami khawatir limbah akan terus menumpuk dan mengganggu produksi. Setelah mengikuti pelatihan, kami memiliki produk baru yang laku dan dapat menjualnya lewat Shopee dengan margin lebih tinggi. Lebih dari itu, tim mengajari kami cara mengelola limbah secara berkelanjutan—sekarang kami bangga menjadi salah satu pelopor hijau di pasar herbal.”
Inovasi ini bukan hanya soal produk, tetapi juga transformasi sistem: dari rantai produksi linear menjadi sirkular, dari pemasaran konvensional ke digital, dan dari kerja individual ke kemitraan berkelanjutan. Melalui sistem Outsourcing Partnership, para pelaku usaha kini saling mendukung dari pengolahan, logistik, hingga pemasaran dimana menjadi simbiosis yang kuat dan berkelanjutan.
Kopi Kurma “COLLAZ” tidak hanya lezat tetapi juga representasi dari keberlanjutan, kreativitas, dan keberanian mengubah sesuatu yang dianggap “tidak berguna” menjadi “sangat berharga”. Komposisi utama COLLAZ terdiri dari 30% biji kopi robusta yang dikombinasikan dengan 70% olahan biji kurma Khallaz. Rasanya bukan hanya menggoda lidah, tapi juga menggugah hati: bahwa yang terasa alami, terbaik, dan paling sehat, kadang justru berasal dari yang dianggap sampah. “Saya sebenarnya bukan pecinta kopi, tetapi setelah saya mencicipi rasa kopi COLLAZ ini jadi berbeda rasarnya,, rasanya mantap sekali” ungkap Rugayah, anggota sahabat Khallaz dari Bondowoso yang menyempatkan hadir.
Kisah ini menjadi bukti bahwa ketika ilmu, inovasi, dan kerja sama bertemu, maka yang dulunya disebut “limbah” bisa jadi “hadiah” bagi ekonomi dan lingkungan. Kini, masyarakat Jombang tidak hanya bermimpi “hijau”, mereka sudah menjalankannya. (Satrio)